Thursday, 15 January 2015

BUDIDAYA IKAN BELUT

BUDIDAYA IKAN BELUT
( Synbranchus )
1. SEJARAH SINGKAT
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat
memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka
memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di
rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut
mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan
menjadi salah satu komoditas ekspor.



2. SENTRA PERIKANAN

Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong,
Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada
di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru
merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai
pos penampungan.

3. JENIS

Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus
albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut
kali/laut)
Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut
kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut
sawah.

4. MANFAAT

Manfaat dari budidaya belut adalah:
1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Sebagai obat penambah darah.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis
yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran
rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah
hujan tidak ada batasan yang spesifik.

2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.

3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara
25-31 derajat C.

4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan
osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm.
Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih
kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan
antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih
belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan
kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang
masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut
ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan
belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2) Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya
dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3) Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan
(ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut
remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam
belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100
ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya
tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran
3-50 cm.
4) Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan
dasar bak tidak perlu diplester.
5) Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada,
alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan
lainnya.
6) Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk
kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong
untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun
dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan
ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan
organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan
kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik
+ air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media
tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah.
Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.

6.2. Penyiapan Bibit

1) Menyiapkan Bibit
a. Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang
berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan
masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
b) Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit
diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
c. Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan.
Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm
dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
d. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor
pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu
pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut
menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut
berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk
ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut
dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam
pendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut
tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa
diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau
empat bulan.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih
selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin
agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik
lagi apabila di air yang mengalir.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

1) Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang
subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik
utama.
2) Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat
besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam
agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu
kehidupan belut.
2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut
antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan
ikan gabus.
3) Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering
menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak
banyak diserang hama.

7.2. Penyakit

Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh
organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berukuran kecil.

8. PANEN

Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi
(besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).
Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan
peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing
atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.

9. PASCAPANEN

Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar,
penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar
belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga
mempunyai jaringan pemasaran yang luas.

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan

No comments:

Post a Comment